Fokus Jateng- BOYOLALI,_Bisnis ikan lele berprospek terkesan menjanjikan karena permintaannya tinggi. Hanya saja, perdagangan komoditas ini sulit berkembang, karena berbagai hambatan. Salah satunya, harga yang tak kunjung meningkat sementara pakan semakin mahal. Kondisi ini mengakibatkan keuntungan petani lele semakin sedikit. Padahal, Boyolali merupakan salah satu sentra budi daya lele, Dengan jumlah pembudidaya mencapai 2.870 orang mampu menghasilkan ikan lele sebanyak 34 ribu ton.
Menurut Kabid Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Nurul Nugroho, minimnya keuntungan itu tak lepas dari jerat pakan pabrikan. Biasanya banyak peternak ikan lele yang memberi pakan pabrikan karena dianggap praktis dan memiliki kandungan protein tinggi. Tapi harga pakan pabrikan yang kian melesat tinggi membuat keuntungan dari budidaya ikan lele juga makin sedikit.
“Kondisi itu tak bisa dibiarkan terus menerus. Pemerintah harus hadir, untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan,” katanya. Selasa 23 Juli 2024.
Sehingga pihaknya berupaya mengurangi ketergantungan pakan pabrikan dengan pakan mandiri. Diantaranya, dengan cara mendorong para pembudidaya menciptakan pakan alternatif sebagai pengganti pakan pabrikan. Disisi lain, untuk mendukung hal tersebut diperlukan inovasi guna mengurangi ketergantungan terhadap pakan pabrikan. Dimana komponen utama biaya produksi sektor perikanan itu adalah di pakan.
“Untuk mendukung budidaya perikanan yang lebih maju dan mandiri, kami gencarkan inovasi Dik Gerpari atau Budidaya ikan dengan gerakan pakan mandiri,” ujarnya.
Dia pun lantas menguraikan, terobosan ini mengedepankan penggunaan bahan limbah rumah tangga organik yang tersedia di sekitar untuk memproduksi Maggot. Dimana nantinya yang akan menjadi pakan alternative substitusi dalam budidaya ikan. Penggunaan maggot sebagai pengganti pellet inipun sudah banyak diteliti.
“Penggunaan Maggot ini sebagai pakan alternatif ikan Lele cukup efektif. Bagaimana tidak, pembudidaya bisa menghemat hingga 30 persen dari biaya produksi untuk pakan. Kalau dengan pakan pabrikan. Biaya produksi perkilogram Lele mencapai Rp 17 ribu. Tapi dengan Magot ini, perkilogram Lele biaya produksinya hanya Rp 14 ribuan saja,” ujarnya.
Tak hanya mudah dibudidaya, biaya produksi magotnya juga sangat murah bahkan 0 rupiah.
Karena memanfaatkan limbah rumah tangga. Selain itu, dengan budidaya Magot juga bisa mengurangi produksi sampah. Karena seluruh sampah rumah tangga yang organik bisa digunakan untuk pakan Magot. Tak hanya mendorong pembudidaya, pihaknya juga akan membuat demplot budidaya ikan Lele dan Maggot.
” Demplot kita nanti bisa menghasilkan 10 kilogram Maggot per hari, dengan memanfaatkan 100 kilogram sampah perhari dari lingkungan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Terobosan ini juga melibatkan kerjasama antar stake holder, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Akademisi, pegiat komunitas budidaya maggot serta kelompok pembudidaya ikan. Dengan terobosan ini, diharapkan masyarakat pembudidaya ikan Lele kian sejahtera.
“Harapannya seluruh pembudidaya ikan dapat menekan biaya produksi melalui gerakan ini, sehingga keuntungan dan kesejahteraan masyarakat dapat lebih meningkat.” (**)