Dua Bule Asal Belanda Kunjungi Desa Bedoro Sambungmacan Sragen, Ada Apa?

Pertemuan NGO asal Belanda di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. (/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG-SRAGEN-Dua bule asal Belanda mengujungi Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jumat 16 Agustus 2024. Kenapa Desa Bedoro yang dikunjungi? Karena desa tersebut menjadi desa percontohan program pemberdayaan yang sudah tersiar hingga luar negeri.

Pemberdayaan disabilitas mendapat perhatian dari lembaga non pemerintah Internasional dan Pemerintah Pusat. Staf ahli Kantor Staf Presiden (KSP) dan Non Goverment Organization (NGO) Liliane Found sempat singgah untuk memastikan langkah pemberdayaan yang dilakukan.

Kunjungan kerja dan belajar di Desa Bedoro dihadiri oleh Tenaga Ahli Madya Bidang Penyandang Disabilitas KSP Sunarman Sukamto menyampaikan hadir di Sragen untuk memastikan anggaran dan regulasi pemerintah pusat bisa menyentuh masyarakat bawah. Terutama mengawal Undang-Undang Desa dan Dana Desa (DD).

Lantas pihaknya mendapat informasi di Kecamatan Sambungmacan, seluruh desanya sudah memberikan dukungan penganggaran dan pemberdayaan. Salah satu desa pionernya yakni Desa Bedoro. “Laporan itu bukan isapan jempol, kades dan masyarakat sudah menyampaikan upaya peningkatan dan pemberdayaan penyandang disabilitas di desa,” kata Sunarman.

Melihat berkesinambungan program tersebut, pihaknya mendorong untuk menjadi model wilayah lain untuk membangun kesadaran dalam pemberdayaan. Apalagi desa di Seluruh Indonesia sebanyak 74 ribu. “Inspirasi dan informasi dari desa Bedoro akan jadikan bahan untuk membuat kebijakan yang lebih baik di pemerintah pusat,”  papar dia.

Perwakilan NGO Liliane Found Willie Houben menyampaikan kehadirannya ke Sragen untuk belajar. Dia melihat contoh pemberdayaan untuk disabilitas di Desa. Sejauh ini pengamatannya sangat baik. “Iya kita akan duplikat atau tiru program pemberdayaan yang dilakukan di desa lain,” jelasnya.

Pihaknya tidak hanya melakukan pemberdayaan di Indonesia, namun juga di negara lain yang mulai berkembang. Lantas contoh yang diambil dari Indonesia mungkin bisa diterapkan negara lain. Dia sendiri berkeliling di negara dengan perekonomian menengah seperti di wilayah Asia, Afrika dan amerika selatan.

Terpisah, Kades Bedoro, Pri Hartono menuturkan kedatangan tamu dari belanda dan KSP. Mereka ingin melihat pemberdayaan disabilitas di Desa Bedoro. Lantaran sempat mendapatkan penghargaan dari kementerian Desa.

”Kami bersama teman-teman disabilitas koordinasi dengan baik. Dari 2016 sampai sekarang. Mereka bisa mendapatkan hak yang layak. Program yang didukung seperti mengoptimalkan keahlian mereka. Seperti pembuatan batu bata, peternakan bebek, sapi, UMKM,” katanya. Dia menyampaikan penyandang disabilitas yang terdaftar ada 48 orang. Namun yang aktif ada 24 orang. (*)