Air Surut, Warga Manfaatkan Kawasan Waduk Cengklik Untuk Pertanian

 

Fokus Jateng- BOYOLALI,- Dampak puncak kemarau panjang ini, permukaan air Waduk Cengklik di Boyolali Jawa Tengah mengalami surut hingga setengahnya di musim kemarau ini, warga sekitar memanfaatkannya untuk lahan pertanian di kawasan pinggir waduk yang mengering.

Menurut warga setempat, sudah kurang lebih 4 bulan terakhir elevasi tinggi muka air di Waduk Cengklik, Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami surut hingga 50 persen. Sebagian pinggir waduk yang surut mulai mengering dan dasar waduk mulai pecah-pecah, perahu-perahu nelayan keramba juga banyak yang bersandar di tepi waduk. Surutnya air Waduk Cengklik dengan volume efektif 9.7 juta meter kubik ini terjadi secara perlahan dan kini sisa air waduk hanya berada di bagian tengah waduk saja.

Surutnya air Waduk Cengklik ini kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dijadikan lahan pertanian, tepian waduk yang surut di sisi barat dan selatan waduk kini sudah banyak ditanami padi, jagung, kacang dan aneka palawija oleh warga sekitar. Untuk memenuhi kebutuhan air, petani memompa air dari sisa air waduk yang tersisa kemudian dialirkan ke area pertanian.

Salah satu warga yang memanfaatkan lahan, Sumadi warga Desa Ngargorejo, Ngemplak, mengaku dirinya sudah 3 bulan terakhir ini mulai menanam padi di lahan pinggir waduk yang kosong, setiap tahunnya disaat waduk cengklik surut selalu dimanfaatkan untuk dijadikan lahan pertanian, jika musim kemarau berlangsung lama warga bisa memanen padi hingga dua kali dalam setahun.

“Kurang lebih sudah tiga bulan, dimanfaatkan untuk tanaman kacang, padi, jagung,yang umurnya pendek, kalau umur panjang nanti kebanjiran tidak panen malah rugi,” ujarnya. Selasa 10 September 2024.

Ia mengemukakan, sebagian warga yang tinggal di sekitar waduk yang mayoritas bekerja sebagai nelayan keramba, atau petani di luar area waduk menjadikan pertanian ini sebagai usaha sampingan yang bisa dilakukan saat air waduk surut. Biasanya satu petani bisa menanam padi di lahan seluas seribu hingga dua ribu meter persegi dan dalam sekali panen padi petani bisa memperoleh omset hingga Rp10 juta.

“Tanah kosong kaya gini kalau tidak ditanami kan tumbuh enceng godok, gak ada yang membersihkan, kalau ada petani yang mau nanam kan pasti dibersihkan dulu dari enceng gondok, ya kerjanya buruh tani diluar sana diluar waduk, kalau pas surut di dalam waduk, setahun di waduk ini paling dua kali tanam paling nanti yang separo udah kena air.”

Terpisah, Camat Ngemplak Ari wahyu Wibowo mengatakan pemanfaatan area waduk yang mengering untuk area pertanian sudah dilakukan secara turun temurun, Waduk Cengklik dimanfaatkan untuk pertanian, budidaya ikan dan wahana wisata.

“Ini penurunannya memang sudah luar biasa ini, biasanya sampai sini sudah muncul air tapi memang kondisinya ini musim kemarau.itu memang sudah kearifan lokal yang turun temurun nggeh tapi ini bagaimana saling menjaga kearifan lokal yang ada didalamnya dengan bagaimana menjaga waduk ini sebagai satu aset yang fungsi utamanya adalah pertanian,yang juga fungsi perikanan dan pariwisata,” katanya.

Waduk Cengklik yang membelah Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah merupakan kawasan perairan di boyolali yang tidak hanya menjadi salah satu ikon wisata alam, tapi juga memberikan dampak lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. (**)