Fokus Jateng- BOYOLALI,-Harga eceran tertingi (HET) gas elpiji alias harga elpiji bersubsidi 3 kg di wilayah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Boyolali. Harga gas melon di pangkalan naik menjadi Rp 18 ribu setelah sebelumnya Rp 15.5005 ribu per tabung. Sedangkan di tingkat pengecer harga elpiji cukup beragam.
Kenaikan harga elpiji ini resmi diberlakukan setelah Gubernur Jawa Tengah menerbitkan Surat Keputusan (SK) No 540/20/2024 yang mengatur HET baru, yaitu Rp18.000 per tabung, dari sebelumnya Rp15.500 per tabung. Surat keputusan ini ditetapkan pada 22 Agustus 2024 dan mengatur distribusi gas elpiji 3 kg di titik serah sub penyalur atau pangkalan resmi.
Keputusan ini diambil setelah adanya berbagai pertimbangan, salah satunya adalah harga jual di atas HET yang lama, yang semestinya Rp15.500 per tabung. Selain itu, penyesuaian ini dianggap perlu mengingat harga elpiji 3 kg di Jawa Tengah belum mengalami perubahan sejak 2015, sementara biaya operasional dan distribusi terus meningkat.
Naiknya harga elpiji subsidi tersebut menjadi permasalahan tersendiri bagi masyarakat luas. karena, di tingkat pengecer harga elpiji subsidi bisa lebih mahal.
Agus salah satu pedagang angkringan di Boyolali, harga gas elpiji 3 kg sudah mulai naik sejak satu pekan ini. Dia mengaku mendapatkan gas elpiji subsidi dengan harga Rp 21 ribu per tabung.
“Paling Rp 19 ribu ke warung biasa (pengecer), sekitar satu minggu ini naik Rp 21ribu,” katanya. Kamis 19 September 2024.
Saat ini, lanjutnya, harga gas elpiji subsidi naik menjadi Rp 21 ribu per tabung. Naiknya harga elpiji itu turut membuatnya pusing.
“Bayangkan kalau cabai naik, bawang naik. Sekarang giliran gas elpiji naik juga,” imbuhnya.
Namun demikian ia berharap, kenaikan harga gas melon ini hendaknya dibarengi dengan melimpahnya stok tabung gas. Karena masyarakan akan terbiasa dengan kenaikan harga gas elpiji itu, asalkan stok tabung tersedia.
Sementara pemilik pangkalan gas melon di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit, Tri Raharjo (61) mengatakan kenaikan harga ini juga dibarengi dengan stok tabung yang tersedia. Pihaknya menaikan harga gas elpiji seiring berlakunya SK Gubernur dari harga Rp 15.500 menjadi Rp 18 ribu per tabung. “Tidak langka, cuma harganya naik, kalau stok sekarang ada terus,” ujarnya.
Kendati stok tersedia, penjualan gas melon tetap dibatasi. Dia hanya menjual kepada pedagang kaki lima dan rumah tangga. Pembeli harus menyetorkan fotokopi KTP. Pembelian gas melon juga dibatasi maksimal dua tabung per minggunya. Pembatasan ini dilakukan lantaran ada pembeli yang menjual lagi dengan harga lebih tinggi.
“Takutnya kan nanti beli banyak terus dijual lagi, biasanya gitu. Ada yang jual lagi sampai Rp 23 ribu. Banyak lho yang jual segitu, imbuhnya. (yull/**)