Kasus DBD Boyolali Melonjak, 10 Orang Jadi Korban

Fokus Jateng-BOYOLALI-Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali kembali merebak. Angka DBD sejak Januari hingga 24 Oktober tercatat 802 kasus dengan demam dengue (DD) sebanyak 2.368 kasus dengan korban meninggal 10 orang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Puji Astuti mengatakan kasus demam berdarah di Boyolali sempat turun pada September, namun, kembali naik pada Oktober ini. Bahkan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya di bulan yang sama.

“Jadi, kasus DBD ini hampir merata disemua wilayah. Bahkan dalam peta DBD dinkes, sebagian desa merah alias terdapat kasus,” katanya. Jumat 25 Oktober 2024.

Puji menjelaskan data yang masuk mencapai 3.564 kasus. Kemudian, kasus DBD per Januari sampai 24 Oktober mencapai 802 kasus. Lalu DD sebanyak 2.368 kasus; demam sock syndrome 51 kasus dan diagnosa lainnya 266 kasus.

“Kasus kematian DBD ada 10 kasus. Memang ini kasus DB meningkat terus, sampai September itu masih ada kasus baru. Nah, sekarang pengendalian itu berbeda dengan dulu,” jelasnya.

Dijelaskan, kasus DBD per 24 Oktober ini mencapai 40 kasus. Sedangkan kasus DBD pada Januari mencapai 78 kasus dengan dua kasus kematian, naik pada Februari sebanyak 89 kasus dengan satu kasus kematian. Lalu pada Maret terjadi kasus tertinggi DBD sebanyak 157 kasus dengan kasus kematian terbanyak, empat orang meninggal.

Angka itu mulai turun sedikit pada April dengan 119 kasus. Namun, kembali naik pada Mei dengan 134 kasus. Setelahnya angka DBD mulai melandai sejak Juni 81 kasus, Juli 68 kasus, Agustus 52 kasus, dan September 35 kasus. Hanya saja, mulai Oktober mulai merangkak.

“Kasus DBD paling tinggi ditemukan di Kecamatan Boyolali ditemukan 91 kasus dengan satu kasus kematian; Sambi 85 kasus dan satu kasus kematian; di Kecamatan Teras ditemukan 78 kasus dengan dua kasus kematian; Cepogo ditemukan 72 kasus; Ngemplak 62 kasus. Kecamatan lainnya di bawah 60 kasus,” tambahnya.

Menariknya, ada satu kecamatan yang bebas DBD, yakni Kecamatan Selo. Lalu kasus DBD paling sedikit di Kecamatan Tamansari hanya delapan kasus. Begitu pula dengan Wonosegoro hanya delapan kasus, namun, tiga diantaranya meninggal dunia.

“Kami berharap, kesadaran untuk melakukan PSN di lingkungan rumah masing-masing semakin digalakkan,” ucapnya.

Dilansir dari situs resmi Dinas Kesehatan, DBD merupakan salah satu penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini identik dengan musim hujan karena banyak tempat yang berpotensi tergenang air, sehingga nyamuk akan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.

Masyarakat seringkali diimbau untuk bersikap waspada dengan adanya penyebaran penyakit DBD. Mereka harus menerapkan 3M (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang). Pemerintah juga turut melakukan upaya pencegahan penyakit ini dengan melakukan fogging pada wilayah yang terdampak.

Berikut beberapa gejala awal penyakit DBD yang harus diwaspadai agar dapat segera ditangani secara medis.

 

1. Demam Tinggi Mendadak

Demam mungkin terjadi pada banyak penyakit. Akan tetapi, demam pada DBD terjadi secara mendadak. Banyak orang yang tidak mengetahui perbedaan demam biasa dengan demam yang diakibatkan DBD.

Perbedaan kontras demam DBD dengan demam lainnya adalah demam DBD dapat mencapai 40 derajat celsius. Demam DBD biasanya berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Tak hanya orang dewasa, penyakit ini juga dapat menyerang anak-anak.

 

2. Nyeri Otot

Setelah mengalami demam, pasien DBD akan merasakan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Misalnya pada sendi, tulang, otot, hingga daerah belakang mata.

Gejala ini biasanya disertai tubuh menggigil dan berkeringat. Hal tersebut dapat berlangsung pada 4-10 hari awal ketika virus dengue memasuki tubuh.

 

3. Sakit Kepala Parah

Gejala yang muncul setelah mengalami demam adalah rasa sakit kepala yang parah. Biasanya terjadi pada sekitar dahi. Biasanya juga disertai dengan nyeri pada bagian belakang mata.

Sakit kepala mungkin gejala umum yang sering terjadi. Dengan mengonsumsi beberapa obat sakit kepala dapat membuat meredakan rasa sakit ini untuk sementara waktu.

 

4. Mual dan Muntah

Pasien dewasa atau anak-anak yang terjangkit DBD akan merasakan gejala mual dan muntah. Gejala ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada area punggung maupun perut. Gejala ini dapat dirasakan selama dua sampai empat hari setelah virus masuk dan menyerang tubuh.

 

5. Kelelahan

Demam yang disertai dengan nyeri otot dan masalah pencernaan membuat pasien yang terjangkit DBD mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini mengakibatkan tubuh menjadi lelah karena kurangnya asupan makanan. Sistem imum tubuh juga akan melemah.

Gejala DBD ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, sehingga wajib segera memeriksakan ke dokter apabila mengalami salah satu gejala di atas. (ist/**)