Fokus Jateng-BOYOLALI, – Permasalahan pajak yang dihadapi UD Pramono tercium oleh Komite Pengawas Perpajakan (Komwasjak). Tak menunggu lama, perwakilan dari lembaga itupun berkunjung ke tempat Pramono, di Desa Singosari,Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan pada Rabu 6 November itu, mereka menanyakan persoalan-persoalan yang dialami Pramono terkait pajak yang dikenakan kepadanya. Kedatangan Komwasjak ke UD Pranono diharapkan bisa memberikan solusi. Disisi lain, imbas ancaman tutupnya UD ini membuat petani-peternak was-was.
”Yang paling banyak kebingungan peternak, kedua pegawai, ketiganya saya tho. Saya walau kelihatan biasa-biasa begini, ya, tetap bingung tho. Usaha 19 tahun dibangun hancur sekali pukul,” kata Pramono, Kamis 7 November 2024 pagi.
Pramono menuturkan terkait permasalahan pajak hingga rekeningnya terblokir. Usaha susu yang dirintis 19 tahun itu diambang kemacetan. Enam tabungan sapinya sudah menjadi tumbal agar tetap bisa jalan.
Dia mengaku tabungan dan sapinya jadi penompang agar usaha tetap jalan. Dia menghargai upaya dinas. Namun, jika memang tidak bisa diselamatkan rekeningnya yang diblokir, dia pasrah dan akan menutup usahanya.
Perwakilan peternak, Pardi mengaku menampung kekhawatiran para peternak usai Pramono mengumumkan akan tutup 1 November. Selama ini, UD Pramono membangun ekosistem persusuan yang layak dan menguntungkan petani. Mulai dari fasilitas pakan, simpan pinjam dengan bunga 0 persen, hingga peternak tak menanggung risiko saat susu ditolak pabrik.
Dampak ancaman tutupnya UD Pramono ini juga berimbas pada penjualan sapi perah. Para peternak mulai khawatir, mau di kemanakan hasil produksi sapinya? Diantaranya juga memilih menjual sapi. Namun, sapi perah seolah tak dilirik para pedagang. Hal itu terjadi saat pasaran Pasar Hewan Minggu Pahing akhir Oktober lalu.
“Jelas dampak ke pedagang ada, luar biasa. Di saat itu tidak ada transaksi. Otomatis peternak itu kan mau menambah populasi atau istilahnya beli sapi perah kan berhitungkan. Susu ini mau setorkan kemana kan begitu. Terus dampaknya pedagang, otomatis ekonomi pedagang juga perputarannya juga lumpuh. Karena tidak ada transaksi. Kalau transaksi dilanjutkan berarti kan harga harus turun. Berarti kan pedagangnya juga rugi begitu. Jadi dampaknya juga luar biasa banget,” kata Pardi.
Para peternak itu berharap permasalahan pajak yang dihadapi Pramono bisa segera terselesaikan. Jalannya roda ekonomi peternak hendaknya menjadi pertimbangan dalam merampungkan persoalan tersebut. (yull/**)