Fokus Jateng-BOYOLALI, Kedatangan Komite Pengawas Perpajakan (Komwasjak) ke UD Pramono untuk mendengar dan menampung beragam keluhan dan masukan dari Pramono serta peternak sapi perah di Boyolali, sudah mulai terlihat dampaknya. Pasca pertemuan dengan Komwasjak pada Rabu 6 November kemarin, UD Pramono dibantu untuk akses listrik dengan daya yang lebih besar. Pihak layanan listrik langsung merealisasikan bantuan peningkatan daya itu.
“Alhamdulillah, datang bantuan penambahan daya listrik, baru kemarin disampaikan kini sudah mulai dipasang tiang listrik,” kata Tawar salah satu karyawan UD Pramono.
Senada perwakilan peternak sapi perah, Pardi mengungkapkan Pemkab Boyolali melalui Dinas Lingkungan Hidup juga membantu dalam pembebasan sejumlah pohon agar bisa memudahkan penambahan daya listrik. Dia berharap penambahan daya listrik itu akan berdampak pada peternak. Karena bisa menghemat biaya operasional.
“Jadi begini, yang dikeluhkan Pak Pramono itu salah satunya kalau sudah ada listrik untuk mesin itu juga. Lha itu juga untuk kepentingan peternak. Karena biaya operasional untuk genset pakai bahan minyak dexlite itu puluhan juta per bulan. Itu kan bisa disalurkan ke peternak,” ungkapnya.
Terpisah, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Boyolali, Insan Adi Asmono membenarkan bahwa PT PLN telah melakukan survei lokasi untuk penambahan daya listrik. Pertemuan Rabu lalu juga membantu dalam mengomunikasikan untuk penambahan daya listrik.
“Tadi kami dampingi PLN untuk survei penambahan daya listrik di Singosari. Meliputi survei jalur untuk pengadaan listrik tegangan tinggi. Listrik ini nanti untuk menggantikan penggunaan cooling unit yang selama ini menggunakan solar dexlite. Dengan menggunakan listrik, perkiraan efiensinya sampai puluhan jutaan perbulan,” katanya.
Sebelumnya, saat pertemuan dengan Komwajak, Pramono mengeluhkan persoalan pajak yang dialaminya. Selain membahas pajak, Pramono juga berharap ada fasilitas penambahan daya listrik untuk tiga mesin coolingnya yang masih menggunakan dexlite.
Sebagai informasi, ada lima mesin cooling susu yang digunakan untuk pendinginan. Mesin-mesin itu membutuhkan daya listrik yang besar. Selama ini, baru dua mesin yang menggunakan daya listrik. Sisanya, masih menggunakan bahan bakar Dexlite yang cukup mahal untuk operasional.
Mesin-mesin itu dioperasikan tiap pukul 06.00 sampai pukul 13.00 dan pukul 14.00 sampai 20.00 setiap harinya. Dalam lima hari, Pramono harus mengeluarkan biaya sampai Rp 14 juta untuk membeli dexlite. Angka itu bisa berubah tergantung harga bahan bakar itu. Sedangkan dua mesin yang menggunakan listrik dalam sebulan hanya cukup membayar Rp 13 juta.
“Kalau dihitung-hitung, kalau ada listrik dalam sebulan kami bisa menghemat sampai puluhan juta, itu kan bisa menambah kesejahteraan para peternak,” kata Pramono saat pertemuan dengan Komwasjak kemarin. (yull/**)