Desa Inklusi Kembangsari Musuk Adakan Training Kesehatan Mental Remaja

Fokus Jateng- BOYOLALI,- Pengurus Sekolah Lapang Desa Inklusi Kembangsari Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali mengadakan Training Kesehatan Mental Remaja. Kegiatan dilakukan dengan dukungan dari Program P3PD Kemendes RI yang dilaksanakan Bersama Lakpesdam NU. Training dilakukan pada Sabtu, 9 November 2024, di Balai Desa Kembangsari dan diikuti 30 peserta perwakilan dari setiap RW.

Sri Winarni selaku Ketua Sekolah Lapang menjelaskan bahwa di Desa Kembangsari ada beberapa remaja yang putus sekolah SMP dan SMA. Fenomena ini perlu menjadi perhatian agar remaja termotivasi untuk mengembangkan kapasitas diri.

“Melalui sekolah lapang ini, kami berharap Kembangsari sebagai lokasi Desa Inklusi bisa memberi perhatian kepada kepentingan remaja,”kata Sri Winarni.

Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Kepala Desa Kembangsari Sri Wanto, dihadiri juga perwakilan Camat Musuk Tri Widiastuti. Narasumber yang hadir adalah Tri Mulyo dari Stikes Jogjakarta dan difasilitasi Tim Tehnis Ismail, Fajar Novi dan Husen Ahmadi.

Dalam pemaparannya Tri Mulyo menjelaskan bahwa kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan baik secara eksternal dilingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun pertemanan. Sedang dari internal dari sifat, bakat dan keturunan.

“Fenomena bullying sering kali mengganggu dan berdampak serius. Bisa membuat stress, menggangu proses belajar dan yang parah bisa memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri”, Jelas Tri Mulyo.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa ciri-ciri remaja yang bermental sehat adalah dapat menerima perubahan-perubahan dalam dirinya dengan lapang dada, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dapat mengatasi hasrat seksualnya, mampu menemukan jati diri dan berperilaku sesuai jati, dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dengan pengaruh teman.

“Ciri yang lain adalag dapat mengaktualisasikan kemampuannya, tidak mudah goyah apabila terjadi konflik dan memiliki cita-cita dan tujuan hidup” Lanjut Dosen Stikes Jogja ini.

Pelatihan yang berlangsung dinamis ini mengundang pertanyaan dari para peserta bagaimana cara menjaga kesehatan mental. Dijelaskan bahwa ada beberapa cara yaitu bisa berbicara dengan orang tercinta, menjaga gaya hidup sehat, mengelola stress dan menjaga keseimbangan waktu antara akademis, sosial, dan waktu istirahat untuk menjaga keseimbangan hidup yang sehat.

Untuk diketahui, Remaja adalah penduduk dengan rentang usia 12 – 19 tahun [versi WHO] atau 12 – 24 tahun atau belum menikah [versi BKKBN]. Rentang usia ini merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa yang dibarengi perkembangan fisik, psikologi, dan intelektual.

Fase remaja adalah masa pencarian jati diri, pembentukan karakter dan masa pembangunan kapasitas / kemampuan diri. Namun demikian seringkali masa ini diabaikan, kurang diperhatikan dan remaja sering menghadapi tekanan baik akademis, perubahan fisik dan emosional, hubungan sosial, dan ekspektasi yang tinggi dari lingkungan sekitar. Semua ini bisa menjadi beban yang berat dan mempengaruhi kesehatan mental remaja.

“Hal tersebut juga yang mendasari diadakannya training Kesehatan Mental Remaja ini,” pungkas Sri Winarni. (Ist/**)