Waspada, Kasus Kematian Sapi di Boyolali Merebak lagi

Petugas puskeswan melakukan vaksinasi ke sejumlah ternak sapi (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI- Sebanyak lima ekor sapi di Boyolali mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK). Kasus kematian sapi itu tersebar di dua kecamatan. Antara lain; Kecamatan Andong dan Sambi. Kasus kematian sapi akibat PMK ini terjadi sejak akhir Oktober hingga saat ini. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mencatat hingga 27 Desember 2024, ada 11 ekor sapi yang bergejala PMK di empat kecamatan yaitu Andong, Simo, Wonosegoro, dan Sambi.
Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati mengungkapkan dari 11 ekor itu ada lima sapi yang mati karena PMK ini terjadi di Kecamatan Andong dan Sambi. Di kecamatan Andong ada 3 ekor sapi yang mati. Sementara 2 ekor sapi di Sambi mati akibat PMK.
“Di (kecamatan) Andong di Desa Munggur satu dan Desa Beji, 2 (ekor mati). Kemudian yang dua (ekor sapi mati) di Desa Jatisari, Kecamatan Sambi,” ujar Lusi, Minggu 29 Desember 2024.
Dia menyebut kasus PMK di Boyolali akhir-akhir ini bisa dibilang meningkat. Sejak akhir Oktober hingga saat ini ada 32 kasus PMK. 32 kasus ini tersebar di Kecamatan Wonosegoro, Andong, Simo dan Sambi.
“Meningkat itu yang pertama karena suhu cuaca. Curah hujan tinggi memicu penyebaran virusnya, ” jelasnya.
Lusi mengatakan lebih dari dua pekan terjadi peningkatan kasus PMK di berbagai daerah. Kejadian tersebut dimulai dengan pembelian ternak baru dan tidak dilakukan isolasi, sehingga penyakit mudah menular ke ternak yang terlebih dahulu ada di kandang. Sehingga, tingginya kasus PMK ini menjadi perhatian penting Pemkab Boyolali. Pihaknya pun meminta Puskeswan di Boyolali untuk melakukan pengetatan lalu lintas hewan masuk ke Boyolali. Lusi menambahkan pihaknya juga baru saja menerima tambahan obat PMK dari kementerian pertanian. Ada 50 botol vaksin untuk 1.200 dosis.
“Hari ini kita suntikan ke daerah Musuk. Selanjutnya, besok kita lanjutkan ke daerah yang tertular.”
Senada anggota Legislatif PKS Daerah Pemilihan IV, Atok Suyoto, membenarkan bahwa adanya laporan kasus PMK berasal dari beberapa wilayah dan telah ditindaklanjuti oleh dinas terkait. Selain merespons laporan, dinas juga mulai memperketat pengawasan di Pasar Hewan. Hasil investigasi menunjukkan bahwa sapi-sapi yang menunjukkan gejala PMK sebagian besar berasal dari pembelian baru.
“UPT Pasar Hewan sudah diberi instruksi untuk memperketat pengawasan. Selain itu, Dinas Peternakan juga telah mengeluarkan edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis sejak 31 Oktober lalu,” katanya.
Menurut Atok, salah satu penyebab merebaknya PMK adalah lalu lintas ternak antarwilayah, terlebih menjelang hari besar. Informasi dari Pengurus Persatuan Sopir Sapi (Persopi) menyebutkan bahwa Rumah Potong Hewan (RPH) di Ampel sudah tidak mau menerima hewan untuk dipotong. Selain itu, beberapa tukang jagal juga mulai berhenti beroperasi.
“Pemerintah sendiri telah menghimbau agar pasar hewan ditutup sementara guna meminimalisir penyebaran,” pungkasnya. (yull/**)