PPPK Sempat Memberi Harapan, Faktanya banyak guru P1 yang tidak jelas nasibnya

Rina Dewi Astuti (kanan) berharap pemerintah dapat mengakomodir Guru P1 yang belum dapat formasi PPPK. (yull/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng- BOYOLALI-Sejumlah guru swasta di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Boyolali, mengeluhkan karir terhambat setelah tak dapat formasi PPPK. Disinyalir belum juga bisa mendaftar ikut seleksi guru PPPK karena dianggap tidak linier, sehingga sistem menolak. Di sisi lain, pemerintah tidak memberi penjelasan terkait nasib mereka.
Seperti diungkapkan Rina Dewi Astuti (41) warga Singkil, Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali. Kini Rina harus merelakan karirnya sebagai guru hilang, karena tak lagi bisa mengajar siswa di sekolah. Perempuan ini semula mengajar di salah satu SMK swasta di Boyolali. Namun, sejak Oktober 2024 lalu dia memutuskan untuk mengikuti seleksi guru PPPK. Sehingga Rina pun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Yayasan sekolah tempatnya mengajar ini.
” Saya ngajar sudah 15 tahun di sekolah tersebut,” ujarnya saat ditemui wartawan di Boyolali, pada Kamis 9 Desember 2025.
Dia menjelaskan bahwa sejak 2021 telah masuk dalam guru prioritas 1. Guru yang berstatus Prioritas 1 sejak 2021 ini pun berani mengambil keputusan untuk keluar dari sekolah tersebut. Namun, sayang, hingga saat ini dia tak kunjung diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
” Sekarang ya ga ngajar. Cuma ngelesi (memberikan les privat),” kata Guru Bahasa Inggris itu.
Padahal, sebagaimana tertulis diberbagai media, lanjutnya, tahun lalu, pemerintah memastikan akan membuka seleksi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) untuk guru tahun 2024. Guru dengan status P1 atau Prioritas 1 tetap mendapatkan prioritas dalam seleksi ini. Tapi tidak semua guru swasta dapat mengikuti seleksi tersebut. Seleksi ini hanya bisa diikut oleh guru sekolah swasta berstatus Prioritas 1 (P1), yaitu mereka yang lulus seleksi PPPK guru pada 2021.
“ Ya, tidak ada apa-apa sampai sekarang,” imbuhnya.
Menurut Rina, dirinya tak sendirian. Masih ada ribuan guru yang nasibnya seperti Rina. Kusnanto (40), mantan guru bahasa inggris di salah satu sekolah swasta itu juga kini tak bisa mengajar lagi. Dia pun mengajar di sekolah tersebut sudah 17 tahun mengajar. Namun setelah tak dapat formasi PPPK ini dia akhirnya kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya.
” Sekarang kerja serabutan,” ujarnya.
Dia pun berharap pemerintah dapat mengakomodir Guru P1 yang belum dapat formasi PPPK ini. Harapan yang sama diungkapkan Bekti prihastuti (42), mantan guru SMK swasta di Boyolali. Warga Kecamatan Teras itu sudah mengajar kimia selama 15 tahun di SMK swasta. Meskipun ragu atas kelanjutan karirnya, dia berharap di tahun ini ada perhatian dari pemerintah.
” Ya harapannya tidak terkatung-katung seperti ini, karena tidak ada pengajuan formasi dari pemerintah daerah serta tidak ada formasi yang pas dengan guru. Selain itu, kami sekarang yang berstatus Guru P1 kesulitan juga mencari sekolah yang mau menerima kami.” (yull/**)