DP2KBP3A Boyolali gagas persoalan trauma Ibu-ibu yang kehilangan celana dalam maupun dugaan asusila

puluhan ibu-ibu asal Banyusri Wonosegoro meminta pendampingan psikologi ke DP2KBP3A Boyolali (/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali menggelar audiensi pada Senin 13 Januari 2025. Audiensi itu merupakan lanjutan dari aduan yang dilakulan puluhan ibu-ibu asal Banyusri yang mengaku menjadi korban pencurian dan asusila oleh KM. Dalam audiensi itu juga menghadirkan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan pihak perangkat desa setempat.
Kepala DP2KBP3A Ratri S Survivalina menjelaskan bahwa dinas memiliki tugas untuk memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak yang mengalami kekerasan. Sehingga aduan dari ibu-ibu Banyusri itu tetap ditampung.
“Ini termasuk masalah cukup besar. Sehingga memang kami belum bisa memberikan jawaban dalam waktu yang dekat. Karena keterbatasan kami juga, kami harus berkomunikasi dengan berbagai pihak lain yang terkait. Insya Allah mereka itu minta pendampingan psikologi. Sehingga kami juga akan memberikan pendampingan psikologi kepada mereka,” jelasnya.
Menurut Ratri, persoalan itu juga menjadi masalah sosial. Sehingga pihaknya aktif berkomunikasi dengan dinas lain. Diakuinya, pihaknya juga telah melakukan pendampingan terhadap korban anak, KM. Diantaranya terkait kesehatan jiwa dari KM.
“Kalau pengendampingan kepada KM kan sudah berjalan ya. Jadi kita berikan pendampingan pelayanan kesehatan. Sampai sekarang sudah dalam proses. (Masalah Kejiwaan KM,Red) Itu kan nanti dokter yang menentukan ya. Jadi kami hanya memberikan pendampingan. Kemudian untuk yang memberikan diagnosis ya, istilahnya KM itu seperti apa? Benar ada gangguan jiwa atau seperti apa? Itu kan wilayahnya, dokter ahli jiwanya,” paparnya.
Untuk diketahui, sebelumnya, korban anak, KM, mengalami penganiayaan oleh 14 orang dewasa. Penganiayaan itu terjadi karena KM diduga mencuri celana dalam milik warga dan diduga melakukan tindak asusila. Sehingga dalam penanganannya, juga melibatkan dinas-dinas terkait.
“Maka kami tetap menggandeng mereka untuk bersama-sama menyelesaikan,” tegas Ratri.
Sementara itu, penasihat hukum ibu-ibu Banyusri, Imam Kumara Dewa mengatakanp audiensi itu, para ibu –ibu ini juga mengutarakan apa yang dialaminya. Termasuk kasus pencurian maupun dugaan asusila. Tidak hanya emak-emak, mereka juga mengklaim anak-anak mereka juga menjadi korban.
“Mereka meminta pendampingan. Pendampingan sebagai psikolog untuk anak-anak yang menjadi korban dari KM,” ujarnya.
“Ini tadi ada babak baru lagi terkait beberapa instasi yang harus dipertemukan dan dibahas di pertemuan ini, ada dari Dinkes, dari Dinas sosial juga, menanggapi terkait kasus KM ini nanti ke depannya seperti apa.”
Penasihan hukum, Ria Magdalena menambahkan pendampingan ini didasarkan pada kekhawatiran ibu-ibu. Selain rasa cemas mereka juga masih mengalami trauma. Dari pendataan, ada 20-an orang yang mengaku menjadi korban dari KM.
“Kami memohon kebijakan juga untuk dinas, tentang adanya gejala sosial yang terjadi di wilayah Banyusri. Karena efek sosial yang timbul sangat amat membuat mental ibu-ibu ini pada trauma,” ungkapnya.
“Tadi Dinas menyampaikan akan ada pendampingan untuk ibu-ibu dan korban-korban anak-anaknya akan didampingi dan akan memfasilitasi untuk mediasi juga tadi.” (yull/**)