Fokus Jateng-SOLO,-Ratusan penerbit mushaf Al Quran di Indonesia, menggelar silaturahmi nasional (SILATNAS) di Solo, Jawa Tengah. Silatnas yang digelar dua hari, Rabu-Kamis 22-23 Januari 2025, di Sunan Hotel ini mengusung tema ‘Bussines Solution’, sebagai upaya menjawab tantangan usaha masa kini yang cukup dinamis, baik itu terkait proses pembuatan, marketing atau pun distribusi.
Hadir dalam Silatnas, Kepala LPMQ (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran) dari Kementerian Agama RI, Abdul Azis Sidqi, yang dalam sambutannya menghimbau kepada seluruh penerbit Al Quran untuk menaati Peraturan Menteri Agama RI No 44 tahun 2016 tentang Penerbitan, Pentashihan, dan Peredaran Mushaf Al-Qur’an.
“Penekannyna adalah kita harus menjaga dan memuliakan kitab suci Al Quran dalam proses penerbiatan Al Quran. Karena itu pentingnya pentashihan Al Quran supaya tidak ada kesalahan,”ujarnya, Rabu 22 Januari 2025.
Dalam memuliakan kitab suci Al Quran tersebut, imbuhnya, diperhatikan penggunakan bahan-bahan seperti kertas, tinta dan termasuk proses harus dilakukan dengan cara-cara yang bersih dan halal. Hal tersebut untuk senantiasa menjaga dan memuliakan Al Quran.
Termasuk terkait sisa-sisa bekas bahan pembuatan Al Quran yang tidak dipakai harus dihancurkan secara baik tidak boleh digukanan seenaknya seperti dijual dan lain sebagainya.
Banyak cara yang bisa ditempuh, seperti dengan dibakar atau dilebur ulang seperti plat untuk cetak. Sehingga barang-barang yang salah tersebut tidak sampai ke luar atau sampai ke masyarakat.
“Semua harus dimusnahkan, cetakan atau kertas bekas tidak digunakan lagi. Sehingga tidak ada lagi kasus-kasus kertas kertas bekas cetakan Al Quran untuk bungkus gorengan, makanan atau petasan dan lain sebagainya,” tegasnya.
Sementara terkait pengawasan Al Quran digital LPMQ juga melakukan pengawasan yang sama ketatnya seperti penerbitan mushaf Al Quran.
Di Indonesia sendiri jumlah Al Quran selama 1 tahun yang diajukan melalui LPMQ mencapai 4 – 6 juta, bahkan saat pandemi penerbiatan Al Quran meningkat tapi sekarang normal.
Sejak tahun 1950 an pengawasan ketat penerbitan Al Quran sudah dilakukan. Tujuannya agar Indonesia dapat zero dari kesalahan penulisan atau penerbiatan Al Quran baik itu satu tanda baca atau satu huruf.
“Kami juga menghimbau kepada pengembang (pengusaha) yang belum mentashih agar segera mengurusnya. Termasuk Alquran dengan platform Al Quran digital yang cukup banyak beredar,”ungkapnya.
LPMQ juga menghimbau kepada masyarkat untuk mengunduh aplikasi-aplikasi Al Quran yang sudah ditashih, Kemenag sendiri meluncurkan Quran Kemenag in Ms.Word yang dapat membantu pengutipan ayat Al Quran dengan mudah dan benar.
Sementara Ketua Panitia Silaturahmi Nasional (SILATNAS) Penerbit Mushaf Indonesia, Adnan Ashari menjelaskan bahwa silatnas ini dihadiri 190 penerbit mushaf Al Quran se Indonesia. Tujuannya untuk menjalin silaturahmmi, komunikasi dan sinergi antar penerbit Al Quran.
Hal itu juga sesuai dengan pesan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual berpesan agar Perkumpulan Penerbit Mushaf Al Qur’an (PPMQ) Indonesia yang meminta selalu menjaga silaturahmi dan guyub dalam berkoordinasi.
“Forumsilatnas ini diharapkan dapat lebih mensinergikan penerbit-penerbit mushaf AlQuran di seluruh Indonesia,” tukasnya.
Rangkaian acara dari Silaturahmi Nasional tersebut adalah Business Sharing Session 1 yang menhadirkan H. Hasan Putra (Founder PT. Karya Hasan Putra), H. Riza Zacharias (Founder Syaamil Quran) serta Fakhri Afid Abdullah (Dir. Corporate Planning & Strategy Quran Cordoba).
Selanjutnya, menghadirkan praktisi Ilham Taufiq (Co-Founder & Acting CEO Evermos), Moh. Ihsan (Affiliate Sukses Tiktok) serta Muh. Huda Ridwan (Founder RinduNabi.id) .
Selanjutnya, Kamis pagi peserta diajak sholat Subuh di Masjid Syekh Zayid setelah itu diajak ke percetakan salah satu percetakan terbesar di Indonesi yang ada di Klaten yaitu PT PT Macananjaya Cemerlang. Terkait perkembangan dunia digital penerbit Al quran tidak berpengaruh secara signifikan hanya cara pembeliannya sekarang online tidak secara langsung. (nur/**)