Tradisi Sadranan Warga Lereng Merapi, Lebih Meriah Dibanding Lebaran

warga berebut ngalab berkah tradisi sadranan di Cepogo Boyolali (doc/Fokusjateng.com)

Fokus jateng- BOYOLALI,-Warga lereng Gunung Merapi-Merbabu menggelar tradisi “sadranan” hingga 21 Februari mendatang. Kearifan lokal ini sebagai cara mereka untuk berkomunikasi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sesama warga masyarakat. Dari 15 desa di Kecamatan Cepogo, ada 14 desa yang menggelar tradisi Sadranan. Tiap rumah akan mengadakan open house untuk memperekat silaturahmi.
Martono (55), warga Desa/ Kecamatan Cepogo, mengatakan tradisi sadranan sudah mengakar sejak nenek moyang sehingga perlu dilestarikan oleh anak cucu.
“Warga lereng Merapi seperti di Cepogo, lebih ramai saat upacara Sadranan dibanding Lebaran. Mereka sanak saudara dan teman yang bekerja di luar daerah berdatangan pulang kampung untuk mengikuti tradisi ini,” katanya. Rabu 12 Februari 2025.
M. Zaini (58), warga Sukabumi, menambahkan Sadranan tersebut memang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena dilaksanakan setiap tahun menjelang puasa.Tidak hanya sedekah dan silaturahmi, mereka juga melantunkan doa dan dzikir yang ditujukan untuk mendoakan arwah leluhur dan sanak famili yang sudah meninggal dunia. Ia berharap mendapatkan manfaat dan pahala dari sedekah yang dibawa dan doa yang dilantunkan selama Sadranan.
“Sadranan bukan hanya membimbing masyarakat untuk selalu ingat pada Sang Pencipta, tetapi juga meningkatkan rasa hormat terhadap jasa leluhur yang pernah memimpin wilayah kami,” imbuhnya. 
Menurut Camat Cepogo, Dwi Sundarto menjelaskan bahwa tradisi sadranan telah diawali dengan grebeg sadranan pada 9 Februari lalu di Alun-alun Pancasila. Setelah itu, tiap desa akan menggelar kegiatan sadranan mulai dari besik atau bersih-bersih makam sampai dengan open house. Kegiatan Sadranan di 14 desa di Kecamatan Cepogo. Kegiatan sadranan akan dimulai pada 12 Februari sampai 21 Februari mendatang. Berikut jadwal Sadranan di Kecamatan Cepogo:

1. Desa Wonodoyo. Yakni Dusun Wonoganggu pada 12 Februari; Dusun Taring, Ledok dan Gatakan pada 18 Februari; Dusun Kaliteleng dan Mantep pada 19 Februari; serta Dusun Kujon, Wonodoyo, Wonisari dan Pandansari pada 20 Februari.
2. Desa Sumbung pada 14 Februari.
3. Desa Bakulan pada 14 Februari.
4. Desa Gedangan. Yakni, Dusun Karangsari, Karangnongko dan Banjarjo pada 14 Februari; Dusun Candirejo, Candisari, Rejosari, Sidosari, Gunungmanik, Gendalan, Margorejo, Markan dan Blambangan pada 15 Februari; Dusun Gedangan dan Cabean 18 Februari; Dusun Tegalarang, Sidorejo, Jayan pada 20 Februari; serta Dusun Purwosari, Bendosari, Dangean, Babatan dan Sidopekso pada 21 Februari.
5. Desa Jelok pada 14 Februari.
6. Desa Mliwis. Yakni kadus 1 dan 2 pada 14-15 Februari; Dusun Sengon 19 Februari; Dusun Sidorejo, Sidotopo, Batujajar pada 20 Februari.
7. Desa Sukabumi pada 15 Februari.
8. Desa Cepogo. Yakni, Dusun Banaran, Bendosadi, Jambean, Cepogo, Wates, Sidomulyo, Wonosari dan Dukuhan pada 15 Februari; Dusun Tumang 19 Februari; Dusun Gatak, Wonosegoro 21 Februari.
9. Desa Paras pada 19 Februari.
10. Desa Genting pada 15 dan 17 Februari.
11. Desa Gubug. Yakni, Dusun Karangtalun, Bener, Tabaan, Tunggurejo pada 15 Februari; Dusun Gondangsari, Kewengen 20 Februari; Dusun Gunungwijil, Tegalsari, Tegalrejo, Sidosari, Banjarsari dan Gubug 21 Februari.
12. Desa Cabeankunti RT 20-28 pada 18 Februari dan RT 1 -19 pada 21 Februari.
13. Desa Jombong 1 Februari.
14. Desa Kembangkuning 21 Februari.

“Itu data dari desa. Apabila pada saatnya nanti bagi yang ingin ke Cepogo dalam rangka Sadranan sebisa mungkin menggunakan kendaraan roda dua karena kita tahu sendiri setiap nyadran pasti akan terjadi kemacetan, karena ramainya lalu lintas kendaraan dan orang yang datang ke Kecamatan Cepogo.”   (yull/**)