Fokus Jateng- BOYOLALI,-Sudah menjadi tuntunan umat Hindu dari Boyolali dan daerah sekitar, untuk menyambut Nyepi diawali dengan prosesi Mendhak Tirta pada Selasa 25 Maret 2025. Tradisi yang biasa disebut Melasti ini digelar dalam menyambut Hari Raya Nyepi Tahun 1947 Saka. Ritual Mendhak Tirta merupakan rangkaian pengambilan air suci yang dilakukan sebelum perayaan Nyepi yang jatuh pada Sabtu 29 Maret 2025.
Jika biasanya, upacara mendak tirta ini diawali dengan kirab atau pawai dari Pura Bhuwana Suci Saraswati ke sumber mata air Pengging sejauh 2 kilometer. Namun karena bertepatan dengan puasa, upacara mendak tirta langsung di gelar di Siti Hinggil, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono.
” Karena kami sebagai umat Hindu mempunyai toleransi. Karena saat ini bertepatan dengan bulan puasa,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyudono, sekaligus Ketua Panitia Mendak Tirta, Heru Kuncoro, Selasa 25 Maret 2025.
Ia mengatakan, kirab pengambilan Tirta Amerta atau air kehidupan yang akan digunakan untuk penyucian umat pada saat Nyepi, biasanya diiringi tabuhan gamelan khas Pulau Dewata dan sesaji serta gunungan yang berisi makanan dan hasil bumi. Selain itu, ritual ini juga selalu diikuti oleh umat selain Hindu. Namun demikian, pihaknya tidak ingin mengganggu kekhusyukan umat muslim dalam menjalankan ibadah puasa.
“Akhirnya disepakati untuk tahun ini ga usah pakai arak-arakan (kirab) tapi langsung ke lokasi,” tambahnya.
Menjelang hari raya Nyepi ratusan umat Hindu di Banyudono menggelar upacara Melasti atau Mendak Tirta 1947 Saka. Upacara Melasti ini membersihkan benda keramat di masing-masing pura.
Setelah sembahyang doa, prosesi dilanjutkan dengan mengambil air suci yang akan digunakan sebagai sarana upacara Tawur Agung Kesanga. Selanjutnya pihaknya berharap mampu membawa kedamaian dan keselamatan masyarakat di bumi.
“Ritual pengambilan air suci dipakai sebagai sarana melaksanakan upacara Tawur Agung Sasi Kesanga yang secara nasional dilaksanakan di Candi Prambanan. Selanjutnya ketika kami masuk dalam dunia penyepian, masuk dalam meditasi dan yoga saat Brata Penyepian segala kotoran noda dan dosa dan dilukad dengan pelaksanaan Mendak Tirta dan disirati dengan tirta suci yang kita ambil dari tempat ini,” tandasnya.
Upacara mendak tirta diikuti ratusan umat Hindu dari Boyolali saja. Umat dari luar kota seperti Solo juga mengikuti prosesi ini.
Setiap Melasti, umat Hindu Banyudono mengambil air dari umbul Siti Hinggil. Itu mengingat umbul tersebut berada paling tinggi ketimbang umbul lainnya di Pengging.
” Karena Kabupaten Boyolali tidak ada lautan, maka Mendhak Tirta ini dilaksanakan di mata air terdekat. Kebetulan menurut penilaian kami umbul inilah kami anggap sebagai umbul yang sakral. Dimana vibrasi dan getaran spiritual sangat kuat sekali,” pungkasnya. (yull)
Toleransi Umat Hindu Boyolali Saat Menjalani Ritual Mendhak Tirta

Menjelang hari raya Nyepi ratusan umat Hindu di Banyudono menggelar upacara Melasti atau Mendak Tirta 1947 Saka (doc/Fokusjateng.com)