Fokus Jateng- BOYOLALI,-Ratusan ekor sapi diarak keliling kampung di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Acara unik itu merupakan bagian dari tradisi syawalan yang oleh warga setempat juga disebut bakdo sapi atau Lebaran sapi. Warga yang mayoritas peternak anak mendandani sapi dengan cantik. Lalu mengarak berkeliling desa, pada Senin 7 April 2025 pagi.
Ratusan tenongan tertata rapi diatas tikar yang digelar memanjang. Warga stempat duduk rapi. Ada satu menu yang menu yang selalu ada. Yakni ketupat. Lengkap dengan lauk yang bervariasi seperti sate, tahu kupat, opor dan lainnya. Setelah rangkaian do’a, warga lalu makan bersama. Tak hanya warga setempat, namun para pengunjung dari luar daerah pun diajak makan bersama. Bahkan warga semakin senang jika makanan yang dibawanya habis dimakan di tempat. Mereka memiliki keyakinan, semakin banyak makanan dimakan bersama, maka rezeki akan lancar.
Acara dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Diawali dengan topeng tembem Cluntang, gunungan jaler hasil bumi, reog topeng ireng dan bersambut arak-arakan ratusan sapi. Satu persatu peternak, pria dan wanita memegang tali sapinya. Ada juga anak-anak yang menunggang sapi PO. Tiap sapi dikalungkan ketupat maupun hasil bumi seperti wortel, terong, cabai dan lainnya.
Tradisi arak-arakan dibuka langsung oleh Bupati Boyolali, Agus Irawan, yang didampingi Wakil Ketua DPRD Boyolali Aziz Aminudin, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih, serta Camat dan tokoh masyarakat setempat.
Tradisi arak-arakan sapi ini diawali dengan memandikan sapi dan merias secara simbolis oleh Bupati dan tokoh masyarakat. Selanjutnya arak-arakan dilepas. Selain sekitar seratusan sapi, arak-arakan juga diwarnai gunungan hasil bumi serta kelompok tari tradisional.
Bupati Boyolali, Agus Irawan, menyampaikan Pemerintah Kabupaten Boyolali akan terus mendukung bentuk-bentuk tradisi lokal seperti arak-arakan sapi tersebut.
“Terkait tradisi ini, sudah turun-temurun. Kami berharap di tahun ke depan lebih meriah lagi. Ini salah satu tradisi yang akan dijaga di Kabupaten Boyolali. Semoga dengan adanya tradisi ini ada barokah di pertanian dan peternakannya, sehingga hasilnya bisa melimpah dan masyarakat sejahtera,” katanya.
Menurut Jaman Ketua RW Desa Sruni sekaligus tetua setempat, tradisi angon sapi ini digelar di akhir perayaan Lebaran atau di H + 7 Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan. Oleh masyarakat setempat juga biasa disebut bakdo kupat dan bakdo sapi. Karena pada tradisi ini warga membawa ternak sapinya keluar kandang digembala keliling kampung.
Ia mengemukakan, acara tradisi ini selain sebagai wujud syukur, juga sekaligus memohon kepada Tuhan agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik. Karena melalui ternak sapi, khususnya sapi perah telah mampu menopang rejeki warga.
“Tradisi ini sudah berlangsung sejak nenek moyang dan terus dilestarikan warga hingga saat ini,” kata Jaman. (yull/**)
Uniknya, Lebaran Sapi, Tradisi Syawalan di Boyolali

Bupati Boyolali Agus Irawan menyiram sapi dengan air bunga sebelum dilakukan arak-arakan (yull/Fokusjateng.com)