Pengusaha Tempe di Boyolali Mengaku Sudah Terdampak Tarif Trump

Seorang produsen tempe Subandi di Kabupaten Bayolali saat memotong tempe hasil produksinya (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Amerika Serikat, yang dikenal dengan “Tarif Trump,” sudah mulai menghantam sektor Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Subandi, salah satu pengusaha tempe di Banyudono Boyolali mengungkapkan, saat ini sudah terjadi kenaikan harga kedelai yang digunakan sebagai bahan baku tempe. Ia mengatakan imbas kebijakan tarif Trump membuat harga bahan baku kedelai yang ada saat ini kembali naik.
“Dua Minggu lalu, harga kedelai Rp 800 ribu per kuintal sekarang sudah diangka Rp 980 ribu per kuintal. Sudah ada kenaikan berpa itu? perkilonya sekarang Rp 9800, tadinya Rp 8000,” jelas Subandi. Rabu 16 April 2025.
Kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak setengah bulan lalu, Ia mengatakan dengan adanya kebijakan tersebut dikhawatirkan bakal menyebabkan kenaikan harga bahan baku kedelai secara terus menerus. Untuk saat ini, pabrik tempe miliknya dapat memproduksi 420 kilogram (kg) kedelai per hari.
“Sejak ada wacana ekspor impor dari Amerika, karena memang saya ambil kedelai itu impor dari Amerika, kalau harganya naik terus. Ya pengusaha tempe akan kesulitan membeli kedelai” katanya.
Untuk mensiasati kenaikan harga bahan baku kedelai, Subandi menuturkan lebih memilih mengurangi ukuran potongan tempe daripada menaikkan harga jual tempe. Dari awalnya 2 meter tempe dipotong menjadi 6 bagian, kini diubah menjadi 7 bagian dengan panjang rata-tara 28 centimeter (cm) dari sebelumnya 30 cm.
“Per potong masih saya jual tetap Rp5.000, Kalau tidak di siasat seperti itu saya enggak dapat apa-apa.”
Alasan mengurangi ukuran daripada menaikkan harga, Subandi lebih memikirkan nasib pengecer tempe. “Nanti kalau saya naikkan Rp6.000, pengecernya juga susah naiknya Rp7.000 soalnya kadang-kadang pembeli juga terkejut. Jadi paling-paling bisa siasati dikurangi ukurannya,” ucapnya.
Dia juga was-was jika kondisi semakin memburuk dan rupiah semakin anjlok, maka harga beli kedelai di pasaran juga akan melonjak.Ia berharap pemerintah dapat membantu untuk kembali menekan harga kedelai seperti semula. Selain kenaikan harga kedelai, Subandi juga mengeluhkan pasokan kedelai yang berkurang. Dari permintaan 10 ton, ia hanya dikirim 5 ton kedelai. Ia beranggapan yang 5 ton akan dikirim 2 hari dengan harga jauh lebih tinggi.
“Rp 8500 itu sudah sudah bagus. Sehat lagi pemasarannya, Tapi kalau Rp9.800 sampai Rp10.000 kasihan masyarakat, Kami berharap jangan sampai harganya naik lagi. Karena kami kesulitan jika harus mengurangi ukuran ataupun menaikkan harga tempe di pasaran” tambahnya. (yull/**)